Catatan Perjalanan Seorang Oblat (4)
Pengantar:
Pastor Antonius Sussanto, OMI, Magister Novis OMI Provinsi Indonesia sedang mengikuti workshop untuk para Magister Novis Kongregasi OMI yang bertajuk "Formation to Oblate Religious Life and Novitiate Experience", di Aix-en-Provence, Perancis, pada 10-31 Juli 2018. Pastor Sussanto, OMI membagikan pengalamannya itu lewat jurnal yang dikirimkannya dari Perancis berikut ini:
Kamis, 12 Juli 2018
Pastor James Kiku, OMI menceritakan sejarah panggilannya dalam Ibadat Pagi hari ini. Pastor Kiku terinspirasi oleh perjumpaannya dengan Oblat yang sederhana dan dekat dengan kaum muda. Meski pernah jauh dari aktivitas rohani Gereja, tetapi ia terpanggil kembali untuk terlibat aktif dalam Gereja dan ingin menjadi imam OMI.
Catatan Perjalanan Seorang Oblat (3)
Pengantar:
Pastor Antonius Sussanto, OMI, Magister Novis OMI Provinsi Indonesia sedang mengikuti workshop untuk para Magister Novis Kongregasi OMI yang bertajuk "Formation to Oblate Religious Life and Novitiate Experience", di Aix-en-Provence, Perancis, pada 10-31 Juli 2018. Pastor Sussanto, OMI membagikan pengalamannya itu lewat jurnal yang dikirimkannya dari Perancis berikut ini:
Rabu, 11 Juli 2018
Rangkaian acara hari ini kami buka dengan Ibadat Pagi di Ruang Pendirian. Pastor Rodney George, OMI membagikan kisah panggilannya; bahwa panggilan itu berkembang dari dalam keluarga melalui pendidikan iman yang dilakukan orangtua, melalui keterlibatan dalam hidup menggereja terutama lewat kelompok kaum muda dan berkat perjumpaan dengan para Oblat. Kami terinspirasi melalui kisah ini untuk mengingat kembali benih panggilan kami masing-masing.
Catatan Perjalanan Seorang Oblat (2)
Pengantar:
Pastor Antonius Sussanto, OMI, Magister Novis OMI Provinsi Indonesia sedang mengikuti workshop untuk para Magister Novis Kongregasi OMI yang bertajuk "Formation to Oblate Religious Life and Novitiate Experience", di Aix-en-Provence, Perancis, pada 10-31 Juli 2018. Pastor Sussanto, OMI membagikan pengalamannya itu lewat jurnal yang dikirimkannya dari Perancis berikut ini:
Catatan Perjalanan Seorang Oblat (1)
Pengantar:
Pastor Antonius Sussanto, OMI, Magister Novis OMI Provinsi Indonesia sedang mengikuti workshop untuk para Magister Novis Kongregasi OMI yang bertajuk "Formation to Oblate Religious Life and Novitiate Experience", di Aix-en-Provence, Perancis, pada 10-31 Juli 2018. Pastor Sussanto, OMI membagikan pengalamannya itu lewat jurnal yang dikirimkannya dari Perancis berikut ini:
Minggu, 08 Juli - Senin, 09 Juli 2018
Perjalanan kali ini saya awali dengan meninggalkan Kota Yogyakarta pada Minggu, 08 Juli 2018 dengan penerbangan di pagi hari. Meski kondisi badan kurang sehat karena flu dan kurang istirahat, saya tetap bersemangat untuk berangkat. Singgah di Pastoran Paroki Sta. Maria Imakulata, Kalideres, Jakarta selama beberapa jam memberikan waktu yang cukup bagi saya untuk beristirahat.
Refleksi Pesta Perak OMI Provinsi Indonesia
PENGANTAR:
Pastor Bernard Keradec, OMI, salah satu Oblat anggota Delegasi Perancis, Perintis karya di Kalimantan Barat menjadi salah satu saksi dan pelaku sejarah pembentukan Provinsi OMI Indonesia. Di sela-sela kesibukannya sekarang sebagai Pastor Paroki di Lyon, Perancis, Pastor Bernard berkenan membagikan refleksinya pada saat 3 Delegasi OMI yang berkarya di Indonesia memimpikan meleburkan diri menjadi satu provinsi – Provinsi OMI Indonesia. (Tim Website OMI Indonesia)
Tentang mengapa ketiga Delegasi ingin menjadi satu provinsi:
“Pada tanggal 21 Mei 1993, Pemimpin Tertinggi Kongregasi Missionaris OMI, yaitu Alm. Pastor Marcello Zago secara resmi menyatakan berdirinya Provinsi Muda Indonesia dengan Alm. Pastor Mario Bertoli sebagai Provinsial yang pertama. Dalam kata sambutannya, Pastor Marcello Zago mengatakan bahwa pendirian sebuah provinsi adalah peristiwa yang istimewa. Karisma Oblat akan semakin nyata dalam Gereja lokal dan budaya setempat. Maka pendirian sebuah provinsi dipandang sebagai rahmat dan tanggungjawab. Tanggungjawab itu menjadi lebih besar ketika Provinsi Muda OMI Indonesia pada tahun 2001 diubah statusnya menjadi Provinsi OMI Indonesia.” [1]
Kiranya kutipan di atas ini menjawab dengan tepat sekali pertanyaan yang sekaligus menjadi topik tulisan yang singkat ini. Mengapa ada keinginan dari ke-3 Delegasi OMI (Australia, Italia, dan Perancis) yang cukup berbeda asal, budaya, sejarah pembentukannya dan visi misionarisnya, menjadi satu Provinsi? Tentu saja bahwa semua misionaris yang terlibat itu adalah anggota dari keluarga religius misionaris yang sama. Kesemuanya mempunyai peran penting dalam lahirnya keinginan untuk mencari hubungan, saling mengunjungi, bertukar pandangan dan pengalaman hidup dalam karisma Oblat, saling menolong, dan akhirnya mulai melangkah menuju persatuan yang lebih konkrit. Di lain pihak, adanya calon-calon OMI dari pemuda Indonesia, baik dari Pulau Jawa maupun dari pulau-pulau yang lain, pasti menjadi unsur penentu dalam proses pengambilan keputusan untuk menjadi satu provinsi. Akan tetapi mengingat seluk-beluk proses tersebut, asal-usul timbulnya keinginan untuk menjadi satu provinsi kiranya perlu dicari di tingkat yang lebih mendalam.
Pada dasarnya, jawaban untuk asal-usul timbulnya keinginan menjadi satu provinsi haruslah dicari pertama-tama dalam diri masing-masing Oblat dan keinginannya untuk melayani perutusan Tuhan dalam inspirasi karisma Pendiri mereka, St. Eugenius de Mazenod. Setiap Oblat memang “dipanggil untuk bekerjasama dengan Penyelamat dan Penebus umat manusia”[2].
Pemilik perutusan ialah Tuhan sendiri dan Dialah yang memanggil serta mengirim hamba-hambanya untuk melayaniNya. Untuk menjelaskan hal ini, Yesus pernah menggunakan perbandingan tuaian: “Melihat banyak orang itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kataNya kepada murid-muridNya ‘Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.’” (Matius 9:36-38) Jadi, tuaian bukanlah milik para pekerja. Demikian pula perutusan yang dijalankan ke-3 Delegasi OMI di Indonesia dengan semua keberhasilannya yang patut dibanggakan, bukanlah milik masing-masing Delegasi, apalagi masing-masing anggotanya. Eksistensi dan masa depan ke-3 kelompok misionaris itu sebenarnya termasuk rencana Ilahi yang jauh melampaui ke-3 entitas OMI dari Australia, Italia, dan Perancis.
More Articles...
Page 8 of 38
«StartPrev12345678910NextEnd»Articles
Eugene de Mazenod
Kemampuannya dalam pewartaan injil dan bakat kepemimpinannya dalam mengarahkan berbagai Misi merupakan tanda-tanda lahir hidup batin yang menjadikan Eugene de Mazenod sebagai penjala manusia.